Jumat, 25 November 2011

Too Sweet To Forget

Sebegitu membekasnya firstlove bagiku, meski kini aku sudah bersama orang lain, tapi ... serpihan-serpihan hati sehabis mencintai belum juga berhasil ku singkirkan. Jahat? Tidak kurasa, aku hanya membiarkan semua berjalan, sampai serpihan-serpihan tadi terurai, dan ku bisa mencintai Dion dengan utuh. 

Hari ini, ya tepat hari ini, hari ulang tahun firstloveku , Hanung. Sholud i send him a message? , sudah 7 tahun sejak kami tidak bersama, aku tidak pernah menghubunginya, begitu juga sebaliknya. 

Ku buka draft message.

Sialllllll.. aku kalah dengan godaan, ternyata aku sudah menyiapkan kata-kata ucapan itu semalaman.

*klik send*

“kenapa sih Sya?”

“hehe.. engga Li..”

“hayo ada apa?”

“ini gue deg-degan, abis kirim sms happy birthday ke mantan”

“ya ampun Sya, gue pikir apaan, cuma ucapan wajarlah..”

“gitu ya?”

“iya Sya, silaturrahmi,kan..”

“iya juga sih Li.. gue udah ngga contact 7 tahun”

“lama bangeet”

“iya, makanya gue takut ngirim sms gini”

Telfonku berdering

“ya Tuhaaaaaaaaaan.. Hanung telfon li.. dia telfon gueee....” sambil loncat-loncat.

“hahaha.. angkattt Syaa, angkaat buruuuuaann”

Nut..

Hallo..

..

Ya Hanung...

..

Kabar ku baik, Nu.....

>>> 

Hari ini baru hari ke dua magang, tapi gara-gara kelincahan aku lompat-lompat kemarin, aku ngilangin kartu magangku, huffftt.. dan pagi ini aku harus ngurus, males, tapi ya mau bagaimanalagi, kartu itu akses aku mau wara-wiri dikantor, maklum Perusahaan Garment ini besar buangeettt, karyawannya banyak, ngga sembarangan juga oang bisa lalu lalang disini, ketat pejagaannya, akses pintu satu ke pintu yang lain juga harus pake kartu.

“kenapa kartu kamu hilang? Raisya??”

“egh.. maaf Pak, kemarin mungkin copot dari gantungan dileher saya, tapi saya cari-cari ngga ada Pak..”

“kamu teledor banget, urusan beginian aja bisa hilang!”

“maaf Pak.. saya mau koq bayar dendanya”

“bukan masalah dendanya! Tapi kamu! Teledor!”

Astaga, dalam hati, ini bapak nyolot banget, udah keq, tinggal bilang dendanya berapa, gue bayar!! Ngga penting banget denger dia ngoceh marah-marah ginii... Grrrrrrrrrr..

Tok.. Tok... Tok..

Seseorang mengetuk pintu.

“Ya, masuk” jawab Pak Hambali.

“Pagi Pak Hambali” seseorang menyapa sambil masuk ke ruangan.

“Eh.. Pak Hanung... “ gelagat Pak Hambali langsung kicep gitu, dia buru-buru berdiri dan ..

“Pak Hanung sebentar ya..’’

What? Hanung? Hahaa.. namanya berasa dekat ditelinga dan dekat dihatiku  *lebay-efek telefonan kemarin*

“Kamu, Raisya, nanti saja keruangan saya lagi setelah makan siang, buat ambil kartunya”

“Iya Pak, terimakasih”

Akupun berdiri dan membalikkan badan ke arah pintu keluar.

JEGEEERRR!!! 

TUHANNNNNNN.. Katakan ini mimpi.. Katakan ini ilusi.. Katakan ini .......

“Raisyaa???”

“Ha.. ha.. hanung??”

Kamipun terpatung, mungkin jeda 3 menit terdiam. Tidak Tuhaaan tidaaaak...

“kalian saling kenal?” ucap Pak Hambali memecah keheningan.

“i..iya pak..” jawab Hanung

Aku hanya tersenyum, menatap kosong, rasanya aku mentransfer segala uneg-uneg yang ada dihati lewat tatapan.

“permisi...”

Akupun berlalu begitu saja, entahlah.. ini bagaikan kejatuhan duren, kejatuhan tangga atau kejatuhan apalah.. duh.. Hanung ngapain disini? Siapa dia? Kerja disini juga? Dia magang juga? Aaah begitu sempitnya dunia, atau dunia yang menyempitkan kita berdua? 

>>>



Semilir angin malam

Desir ombak menyentuh pasir

Cahaya rembulan memantul indah berbayang-bayang di air laut

Kerlap kerlip bintang 

Adakah yang lebih indah dari malam ini?

Apalagi sekarang disebelahku, tepat disebelah kiri ku berdiri seseorang yang pertama kali mampu menarik seluruh perasaanku, lemah tak berdaya menginginkannya. Meski dalam keadaan yang berbeda.

“Sya..”

“ya..”

“kamu tahu kenapa aku ngajak kamu kesini?”

“engga, ada apa sih emangnya Nu?”

“sadar ngga kamu, dulu itu kita pisahnya aneh, ngga ada angin ngga ada ujan kok yaa bisa bubar gitu aja..”

“ngga ada angin ngga ada ujan gimana?? Kamu tuh dulu genit banget, ngga sadar emang kamu? Kalau aku cemburu???”

“ya ampun sya, Finka kan temen kamu juga”

“loh itu kamu tahu?? Koq malah disengajain?? Aku tuh ya paling sebel, kalau udah tahu malah kamu ngga dengerin aku, ngga bela aku, malah kamu sengajain deket sama Finka”

“...”

“kamu bela-belain dia, terus apa??? Bener kan finka suka sama kamu?? Ngga salah kan feeling aku??”

“iya sya, aku salah waktu itu, aku fikir kamu yang berlebihan”

“itulah nu, kamu ngga pernah mau denger apa kata aku, tapi ya sudahlah ya nu.. udah berlalu juga, ngga penting kayaknya. Hehe..”

“penting bagi aku Sya, semuanya masih ganjel, aku seneng banget kamu bisa ngucapin aku ultah kamarin, dan ternyata kamu magang diperusahaan papahku sendiri, ini bukan kebetulan Sya..”

“iyaa aneh, aku juga bingung kenapa bisa begini yaa.. “

“ada campur tangan Tuhan Sya, Dia tahu aku kepengen banget bisa ketemu kamu lagi, bisa sedeket ini”

Telefon Hanung berdering.

“kenapa ngga diangkat?”

“Winda, Sya..”

“loh ya angkat dong Nu..”

“Ngga ah..”

Hanungpun segera menonaktifkan ponselnya.

“loh koq malah dimatiiin?”

“biarin ah..”

“oh.. Ya udah..”

Malam itu, jadi malam bersejarah, sampai jam tiga pagi kita masih saja asyik berbincang soal kenangan masa lalu yang terlalu dan teramat manis buat dilupakan. Tertawa berdua sampai sakit perut, manyun manyun cemberut, bahkan aku pasrah bersandar dibahunya, bahu yang rindu ku singgahi, tangannyapun mendekap punggungku dari belakang, dekapan yang ku impikan, dan masih saja nyaman.

Maaf Winda, siapapun kamu, maaf, aku tidak bermaksud merebut kekasihmu, akupun perempuan, pasti bisa merasakan. Dan Dion, maafkan aku sayang, aku tak tahu harus apa, aku terpaksa bohong, maafkan aku yang tidak sanggup melawan derasnya rasa penasaran ini.

>>> 

“lo udah gila Sya, lo kemana aja semalem? Dion nelfonin gue muluu sampe gue ngga tahu harus ngomong apa”

“maaf ya li, maaf Dion jadi ganggu elo”

“elo pergi sama Hanung?”

“iyahh li..” jawabku menunduk.

“Syaaaaaaaaaaaaaaa.. bahaya banget sya.. jangan karena lo baru ketemu lagi sama Hanung, elo berpaling begitu cepat ke dia lagi”

“ngga tahu lah li, pusing..” jawabku singkat sambil berjalan menuju toilet.

>>> 

Setelah malam itu semua berubah, aku jadi lebih sering pulang bareng Hanung, tapi ngga sampe rumah, cuma sampe depan komplek. Kalau pas Dion bisa jemput, aku selalu janjian didepan gerbang kantor, ngga aku kasih Dion masuk ke lobby. Terus jadwal weekendku bersama Hanung ada di Sabtu siang-sore, kita biasa ke Kelapa gading – which is mall yang jauh dari rumah, biar kemungkinan kecil ketemu orang yang kenal kita, sepanjang jalan happy sih, cuma Hanung ngga bisa lepas dari ponselnya, setiap dia angkat telefon aku diem seribu bahasa dengerin dia sayang-sayangan dengan Winda, begitupun sebaliknya, kalau Dion telefon aku yang buru-buru ngibrit ke toilet atau tempat sepi.

Capek.

>>>

Setelah 5 bulan dijalanin bathinku berontak, tidak adalagi penerimaan seperti sebelumnya, kalau Hanung sayang sama aku, dia pasti rela mutusin Winda, akupun rela-rela saja mutusin Dion, karena dia memang baik, dan lebih baik tidak bersamaku yang sudah mengkhianati dia sampai begini. Sebelumnya aku dan Hanung memang membuat kesepakatan, agar kita mengakhiri hubungan dengan pacar masing-masing secepat mungkin, supaya kita bisa jujur dan ngga lagi jalanin hubungan ngumpet-ngumpet.

“kamu masih belum bisa juga mutusin Winda?”

“sayang, kamu kan tahu Winda itu tempramen banget, pelan-pelan yah”

“sampai kapan Nu?”

“ya gini deh, aku mau mutusin dia baik-baik, kemarin aja aku berusaha bilang, dia udah marah-marah, ngambil silet, ngancem-ngancem bunuh diri, please Sya, kamu ngertiin posisi aku..”

“kamu ngga sesayang itu Nu sama aku”

“bukan gitu Sya, bukan gitu, aku sayang sama kamu, aku inget  janji kita, tapi aku sulit ngelepasin begitu aja”

*aku terdiam*

>>> 

APA SIH YANG MERASUKI DIRI LO SYA?????? *tanyaku didepan cermin*

Bodoh, lagi-lagi bodoh, aku mengharapkan dibela Hanung, diperjuangkan walaupun sebagian besar menganggap cara kita salah, cara kita dosa, berkhianat, atau apalah. Aku hanya punya keyakinan bahwa cinta ini begitu kuat buat Hanung, tapi itu semua cepat-cepat kusadari. Seperti seindah apapun mimpi, tetaplah mimpi, dia hanya ada diangan-angan saja, dinikmati kala kita tertidur, aku menamai mimpi itu Hanung, begitu terbangun? Aku punya seseorang yang menyayangi aku, tulus mempercayai, menemani, meski  belum seberapa indah tapi dia nyata, ada, selamanya, aku menamai kenyataan itu Dion.

HANUNG DION

Kupetik gitar kesayanganku,

♪ ♬ “Terlalu manis, untuk dilupakan, kenangan yang indah bersamamu tinggal lah mimpi...”♪ ♬

Berderai air mata.



Selamat tinggal kenangan.
Selamat datang kenyataan.

Kamis, 03 November 2011

Butterfly Effect




Sedari siang aku tak sabar ingin segera malam, moment yang ku nantikan, dinner date berdua sang pujaan. Berkali-kali ku basuh tubuh, serasa tak cukup hanya sekali mandi, aku ingin wangi dari ujung rambut sampai kaki. Setelah ku obrak-abrik lemari, akhinya pilihanku jatuh pada dress biru menyala, sambil menunggu dia datang, aku berpose ke kanan dan ke kiri di depan kaca. 

“nak... ada James nih dateng...” 

“yaaa.. maa..”

Ku hela nafas sambil berkata “yes, i’m ready

Ku menuruni anak tangga, ku liat wajahnya tanpa lagi malu-malu, yaa.. dia.. seseorang berkemeja hitam berdasi biru, yang ku cinta. Ku meraih tangannya dan kita berjalan berdua, menuju mobil yang mesinnya masih hangat. Dia bukakan pintu untukku, seraya berkata “silahkan bidadariku yang cantik...” ahh.. manisnya kamu lelakiku, tak henti ku memujimu dalam hati.

Sepanjang jalan dia selalu merayuku mesra, berkata-kata manja, memeperlakukanku seolah hanya aku satu-satunya wanita didunia. Menyetir pelan tanpa emosi, memastikan aku nyaman didekatnya, aman bersamanya. Sesekali dia menatap wajahku disela-sela jeda lampu merah ke hijau, seperti ada rasa rindu yang menggebu sekaligus menunjukkan betapa bahagianya dia memilikiku, sekarang.

“kita mau kemana, James?”

“aku akan ajak kamu ke tempat paliiing romantis yang pernah kamu datengin”

Semakin deg-degan rasanya James, asal kamu tahu, kemanapun itu pasti akan jadi tempat yang romantis buat aku, karena yang terpenting bukan tempatnya, tapi kita.

“nah.. kita sampai..” ujar James

Restoran ini bernuansa taman, banyak pepohonan dan lampu-lampu kecil kerlap kerlip yang merembet ditembok,  suasananya tidak terlalu ramai, dan memang kebanyakan yang datang sepasang muda mudi berpakaian sedikit formal dan rapih.

Kita berdua memilih kursi dekat kolam renang, ya ada kolam renangnya juga, kolam renangnya dihiasi yang lilin-lilin kecil yang dibiarkan mengapung. Romantiiiisssssss.. aku suka tempat ini, dan membuatku jatuh cinta lagi padamu, James...

Kursi dan meja kita serba putih, aku dan James duduk berhadapan, diterangi lilin berbentuk mawar.

“Key...”

“ya James...”

Sambil meraih lembut tanganku

“i love you”

“i love you more..”

“aku janji, aku ngga akan ninggalin kamu dan menyianyiakan cinta kita”

“akupun begitu, sayaang..”

 ***

TIIIIIINDDDD..................TIIIIIIIINNNNDDDD...........

Wushhhh....

Ngiiiingggg...

Tiba-tiba suara klakson bus membuyarkan lamunanku..

Astaga..

Sedang apa aku??

Bermimpi??
 
Tidak mungkin..

Aku mengenakan gaun ini, biru menyala..

Tapi..

Tapi mengapa aku tidak bersamanya?

James..

James..

Kamu dimanaaaa..

Mana genggaman tanganmuu..

Mana tempat indah ituuu..

Aku..

Aku.. mendadak menjadi gadis cantik yang tersesat..

Semua terasa asing bagiku..

Sendirian..

Yang ku tau, lelaki yang MENGAKU menyayangiku, pergi.........

Bahkan dengan mudahnya memalingkan hati

Menginjak pedal gas tanpa henti

Tanpa takut sesuatu terjadi..

Ku sembunyikan setengah wajah diselelai kain putih.. Air mata terus menetes, dadaku sesak.. sudah tidak terasa lagi berapa langkah ku berjalan ditengah kegelapan.. banyak orang meledekku, sama sekali tak ku hiraukan.. yang ku ingin hanya pulang, tapi pulang entah kemana.. aku ingin dipeluk.. pelukan yang bisa menghentikan detak jantungku.. pulang yang membuatku abadi.. tak merasakan sakit (hati) ini.....

Tertatih...

Beralas sendal jepit hitam sambil mendekap tas pesta segiempat, aku terus berjalan lurus dipinggiran jalan.. 

Pasrah..

Kalaupun ada mobil, motor, bus, apapun yang menyambarku dari belakang.. yasudahlah...

Aku tak peduli.. 

Karena kamu sudah melanggar janji, James...

***

"selamat malam mba, tujuannya kemana ?" tanya supir taksi

"hahh.. emhhh.. ke... ke.. ke.. Pondok Indah, Pak.." jawabku terbata-bata

Entah apa yang membuatku selamat tadi, aku seolah mengalami visualisasi yang setingkat mimpi, tak sadarkan diri, lalu tersadar sendiri.

Aku melihat Nenekku yang telah tiada, tersenyum dari syurga.

"Aku kangen nenek, kangen nek, nenek kesini mau jemput aku kan, nek?"

Nenek tidak berkata apa-apa, sekejap dia menghilang, meninggalkan bayangan putih yang menyilaukan mata.


***


“nak.. nak... bangun.. shubuh yuk...” suara mama membangunkanku

Ku buka mata, melihat wajah mama, senyumnya, aku terbangun dan segera mendekap erat tubuhnya

“eeeh.. kamu kenapa, nak?”

“nggak apa-apa, mah” jawabku lirih



*terimakasih hati, yang memberiku banyak inspirasi ^_^
with love : qey_noura