Jumat, 16 September 2011

Misteri Jodoh

He started our chat with this picture

Hehehe.. itu gambar orang lagi istikharah qe..

Ohh iya, yg satu cowoknya tukang gombal ya, yg satu mature..hihi..

Hahaha.. bisa aja lo, kapan nikah ke?

Doain aja ya..

Makanya minta dilamar dong

Emangnya kudu minta ya?

Bini gue sih dulu gitu, tegas ke gue, dia mau dilamar tanggal segini, nikah bulan ini..

Oya?

Iya qe, awalnya dia bilang ke gue, “ay kalo ada yang ngelamar aku gimana ay?aku bakal terima ya, kalau kamu maunya pacaran terus”. Awalnya gue mikir ‘ih koq gitu sih” tapi akhirnya gue ngerti, gue sayang sama dia, gue ngga bakal milikin dia seutuhnya, gue ngga mau ada yang lamar dia, gue mau usaha buat kejar target itu, karena gue ngga mau kehilangan bini gue. Coba deh qe lo tegasin ke pacar lo, pasti setelah itu dia bakal mikir

Kayaknya gue pernah bilang gitu deh, tapi jawabannya beda “berarti bukan jodoh” gimana tuh?

Itu berarti dia ngga sayang qe sama lo..

...

Bla

Bla

Na..

Tra..

Syalala..

Dan seterusnya..

Bingung ? pegangan.. hihi.. itu sepenggal bbman aku bersama teman masa sekolah, don’t know why, he always asking me the same question.. “kapan nikah?”

Sebenarnya pertanyaan “kapan nikah” sudah sangat familiar ditelingaku, dikala beranjak dewasa, lulus kuliah, sudah kerja, mencapai angka umur 25, ekspetasi orang-orang terdekat yang menyayangiku pastilah ada dikata pernikahan, terlebih lagi aku seorang perempuan (who’s with me? hmm).

T : kapan nikah?
M : doain aja ya.. *sambil psang senyum-senyum simpul, malu-malu, mindik-mindik, melipir kebelakang, lalu menghilang *hihii.  

---

T : kapan nikah?
M : doain aja yaa..
T : iyah didoain semoga cepet yaa.. jangan lama-lama..

---

T : kapan nikah?
M : doain aja yaa..
T : doain mulu, iya udah didoain, kapan dong.. keburu indonesia ganti presiden
M : ----_____------

--- 

T : kapan nikah?
M : kamu kapan?
T : loh aku kan udah
M: ngga mau lagi? HAHAHAHA *devil

(YANG TERAKHIR BECANDAAN YAAAAAAAAAAAAAA.. :P)

Oke, balik ke bbm temen tadi, hmmm.. dia itu sudah nikah, makanya mungkin dia membagi cerita dan pengalamannya ke aku, dia selalu meyakini bahwa buat apa ditunda-tunda, harus ditegasin, harus segera, karena dia seneng liat temen-temennya nikah, pahala juga buat dia. Nice of him, ya? Aku seneng-seneng aja dapet wejangan seputar pernikahan (memang sedang mengumpulkan ilmu). Most of my friend juga sudah menikah, punya anak, komentar mereka ketika aku tanya seputar kehidupannya setelah nikah sangat beragam, mulai dari mengen-mengenin (dilamar, keribetan pernikahan, bulan madu, jalan-jalan, meladeni suami setiap hari dll..), sampe kadang nakutin (kalau sudah berbicara seputar hubungan dengan mamah mertua, laki kite digoda orang atau perjuangannya melahirkan. Ohh GOD). Whatever deh, akupun ingin merasakan pengalaman yang sama, sepaket, karena ngga mungkin kehidupan senang-senang aja, pasti ada susah dan halangannya, aku ingiiiiiin juga TUHAAANN.. ingiiiiiiiiiiin... *nangis dibawah shower-ala poconggg-abaikan*

Siapa sih yang tidak ingin menikah? Menyempurnakan agama, keimanan, apalagi menikah itu wajib hukumnya. Bagiku, menjadi istri dan ibu yang sukses adalah pekerjaan impianku dari dulu (seriously), karena memang kodratinya perempuan begitu kan? Dan menggapai surga juga mudah, yaitu dengan jadi istri sholehah (insha allah). Tapi, cukupkah semua itu hanya dengan kata “ingin”? karena konon ingin juga harus diikuti dengan kata SIAP, *jengggg-jeeengggg* , apakah aku siap?? Apakah kamu siap?? *hayooo hayoooo* Jujur, kadang merasa siaap banget, tekat bulet, terkadang lagi, aaahhh.. nanti-nanti aja dehhh.. hmmm.. belum siap deh kayaknya*labil*. 

Haruskah aku menceritakan detail apa yang terjadi dikehidupan percintaanku (caelah), useless sepertinya, karena belum mencapai tahap yang ‘bagaimanaaaa’ gitu, we just go with the flow, jalanin aja, meski niatan itu sudah tercetus, dan masa iya sebagai perempuan kita ngerengek minta dinikahin (meskipun mau sebenernya), but aku lebih berpegang pada sesuatu yang timbul dari hati dia sendiri akan jauh lebih terasa “ahh.. ini memang saatnya”. 
Lalu kemudian timbul pertanyaan “sampai kapan sanggup menunggu?” 

Based on true story, sahabatku sendiri (cewek) meninggalkan pacarnya yang sudah hampir  5 tahunan jalan bareng ke seseorang yang sudah kenal lama sebenarnya tapi orang itu menyatakan dengan serius keinginannya untuk menikahi sahabatku ini (gentlemen bilang ke orang tuanya untuk melamar). Pacarnya hanya bisa memberi dia janji-janji, tanpa kepastian, kelamar-kelemer, takut-takutan, sampai akhirnya sahabatku dengan baik-baik putus dan memilih yang pasti-pasti saja. So, pada akhirnya perempuan memilih ke yang bisa memberi dia kepastian. Jangan ditanya nasib mantannya itu, berantakan banget, menyesal seumur hidup dia ngga memperjuangkan cintanya dengan sungguh-sungguh. Sementara sahabat aku sudah bahagia, berhenti bekerja, mengurus suami dan anak (ambil pelajaran dari cerita ini ya temans). 

Balik lagi ke bbm temen ku tadi, *ini udah berapa kali baik ya*, betul juga kata dia, terkadang ada tipikal orang yang harus dipush dulu, baru dia bisa bersungguh-sungguh, lebih fokus dan serius, supaya target tercapai lebih cepat. Kalau engga, ya nyesel deh kayak mantannya sahabatku itu, ngga bisa memiliki apa yang dia sudah punya sebenernya. 

Misteri jodoh, kita memang tidak pernah tahu rencana Tuhan seperti apa, yang ada disamping kita belum tentu bersama dipelaminan, yang kita benci bisa jadi yang kita sayang nanti, yang kita hindari ehh malah ketemunya diKUA, atau tidak jarang yang sudah 10 tahun bersamapun akhirnya bisa saling memiliki utuh kejenjang selanjutnya. 

Seperti sahabatku juga, yang finally Oktober nanti menikah (aku jadi pager ayu-nya lohh.. hihi) setelah pacaran dari SMA sampai sekarang (tidak melalui proses yang gampang pastinya). How sweet  yaah, saluuuteee bisa menjaga hubungan selama itu dan sukses menyebar undangan, semoga hari-harinya nanti setelah pernikahan juga semakin indah. 

*aaaaaakkkk... sahabat-sahabatku sudah menentukan tanggal.. ayoo keee kamu kapaaannn??? Emang lo ga punya target ke?

 Wooyy! Masa iyak gue ga punya!!! Punyalah..

Target aku memang menikah tidak jauh dari umur 25, yaaa kalaupun lebih jangan jauh-jauh, bukan karena takut dibilang ngga laku, bukan, bukan deh sumpah bukan itu, tapi lebih ke kondisi fisik yang konon katanya lagi lebih baik wanita menikah diusia segitu, supaya nanti kelak hamil dan melahirkan masih dikondisi fisik yang memungkinkan (tidak hamil tua). Lagian kan enak ya, kita masih muda, sudah punya anak, jadi nanti pas anak kita gede, kita ngga tua-tua amat *kayak papa mamaku gitu lah..* hehehe. 

Entah kenapa, aku sering dilibatkan dalam urusan pernikahan, baik teman, sahabat, saudara, dan sulit rasanya menolak membantu, bagiku terlibat disitu ilmu banget, merasakan atmosfirnya, dimake up make up, foto-foto *eh, maksudnya jadi pengamat lebih kurang acaranya, yang bisa dijadiin pelajaran nanti. 

Guys, ngerasa ngga sih omongan ku makin ngalior-ngidul? Ngga jelas alurnya ya? Ini pertanda apa ya? Ada yang tahu?

Hemm.. intinya aja langsung deh, pokoknya gini ya, aku yakin kehidupan ini sudah digariskan dan ditentukan oleh TUHAN, kuasanya DIA melebihi apapun, kalau udah bilang KUN FAYAKUN, jadi ya jadi, jodoh ya jodoh.. apapun jalan ceritanya Allah pasti tau yang terbaik, meski berbelit, sulit kadang bikin sembelit, percaya tidak selamanya sakit, setelahnya pasti ada senang dan senyum melekit *ini apa dehhh.. *

Eeeitt jangan semena-mena menyerahkannya begitu saja, mana usahanya??? Semua harus diiringi usaha donggg.. kalau kata Mario Teguh “Jodoh kita yang memilih, Allah yang menyetujui”. 

*kriiiinggg... (bunyi telfon)

M : haloo..
P : halo, teh.. telfon mama gih sekarang ke kantor
M : iya pah

***
M : halo, ibu ika nya ada?
S : ini dari siapa yaa?
M : dari anaknya, rieke..
S : oohhh.. anaknya ibu ika yang katanya mau nikah itu ya?
M : aamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin om.. *nada tinggi

This is real happen! REAL!! While i was typing this post.. oh my... 

Lanjut, 

Makasih buat temen (tidak ingin disebutkan namanya) yang udah bbm bertubi-tubi tentang pernikahan, i’m really appriciate it, aku ambil pelajaran banyak dari situ, for now, and i’m still comfy of waiting that moment, someday i will telling everyone about my engagement, marriage date.. etc.

Dan tentang 8 kata pendapatmu tentang pacarku? Biar aku pikirkan dulu dengan matang. :)

*seruput es teh manis*

*adeeeeemmmm*

^_^

Kamis, 08 September 2011

Surat Pinggir Pantai

 Lombok, Juli, 2011

Malam ini ku berbincang dengan desir ombak

Dipeluk angin pantai

Dihangatkan rembulan

Digoda kerlip bintang

Ratu ~

Dijamu sedemikian rupa

Aaah.. seperti sudah lama ingin begini

Dan Tuhanpun mengamini

Aku ada diantara mereka lagi

Mereka yang dulu ku temui?

Mungkin ...

Aku menikmati malam ini

Sendiri

Meski awalnya ku berharap ada kamu disini

Apalah daya 

Raga mungkin jauh, tapi jiwa tetap dekat

Kamu sayang..

Kamu yang selalu bersemi indah direlung-relung hati   
     
Kamu yang selalu ku temui disetiap mimpi-mimpi

Kamu yang selalu ingin ku ajak kesini

Komposisi ini

Pas sekali

Aaah.. seandainya..

Kemana perginya keraguanku?

Mengapa ketika tak bertemu, aku mau

Pasukan keyakinan itu datang bertubi-tubi

Tersenyum sendiri

Berharap kamu disanapun merasakan ini

Teramat sulit bagiku menyatukan perasaan

Sudah habis pengorbanan

Hanya ingin sayangku mengerti

Dan merasa sangat dicintai

*air mata menetes*

Apa yang sedang dia lakukan disana?

Adakah sama?

Tidak sepertinya

Dia sibuk dengan diri, dunia, semua tentang dirinya 

Lalu kemana aku, dunia dan semua tentang diriku

Sendiri

*memeluk bathin*

Kuat kan.. kuat..

Aku harus kuat

Ku percaya apapun jalannya

Pasti terbaik

Tuhan saja tidak pernah membiarkan malam tanpa rembulan

Mengapa aku harus takut kehilangan?

...
 Aku - Sendiri

*terimakasih hati, yang memberiku banyak inspirasi ^_^
with love : qey_noura

DUKUUUUUUNG...!!!!!!!!!


“gue dukung elo ke sama dia..”

“aku dukung kamu sayang, goodluck ya castingnya”

“kita dukung elo ke jadi ketua..”

“apapun keputusannya kita pasti dukung kamu”

Kira-kira begitulah kata-kata dukung terselip didalam sebuah kalimat. Pernah dapat dukungan juga? Pastinya ya.. bermacam-macam moment dan kesempatan memungkinkan kita mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, bahkan yang tidak kita kenal sekalipun (ex : dukungan by sms disebuah kontes menyanyi). 

Tidak mendadak tiba-tiba ingin membahas kata DUKUNG sih, cuma siang ini pikiran lagi melanglang buana dari sederet kata dukung, dan teramat sayang kalau harus berputar dikepala aku saja, better we share it, right?

Hemm.. bagiku dukungan itu sangat penting dalam sebuah pengambilan keputusan atau apa yang sedang kita jalani dihidup dan kehidupan ini, ibarat NOS diperangkat mobil, keberadaan dukungan menjadi begitu powerfull dan membuat kita melesat percaya diri melangkah karena sekeliling merestui sesuatu hal yang kita kerjakan (positif tentunya). Tidak jarang yang patah arang atau kehilangan semangat karena tidak ada satupun yang mendukungnya, apalagi orang-orang terdekat, terutama keluarga, saudara, sahabat, teman, dan kekasih. Rasanya bagai kehilangan gairah untuk menjalani hal yang mungkin sangat berarti bagi kita, sungguh sedih bukan kepalang.

Tapi pernahkah kamu berfikir begini, Ya.. kita memang butuh dukungan dan support dari siapapun itu, bahkan ide sepele sekalipun bisa menjadi sesuatu jika banyak yang mendukung. Pertanyaannya adalah? Apakah dukungan itu sementara? Atau selamanya? Hanya dibibir saja atau dari dasar hati?

*narik nafas*

Berdasarkan pengalaman saja ya temans, aku pernah sangat didukung, disupport, diberikan masukan tentang ini itu, bahkan seolah dukungannya itu teramat bisa dipercaya dan membangkitkan keinginanku untuk mengambil keputusan dalam hidup. Singkat cerita, aku akhirnya menjalani apa yang orang dukung, awalnya memang berjalan dengan baik, tapi ditengah-tengah semua jauh dari apa yang diduga diawal, berantakan, bahkan mirisnya kemanakah orang yang mendukungku tadi? Pergi? Bukankah justru dalam posisi genting dan tergopoh-gopoh aku jauh lebih membutuhkan dukungan seperti apa yang dia lakukan diawal? Bahkan dia tidak pernah mau tahu?!

*narik nafas lagi*

Tidak, tidak bermaksud menyiyir, tapi dari contoh kecil diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa lagi-lagi yang menjalani adalah diri kita sendiri. Jangan jadikan dukungan itu 90 persen kecondongan keputusanmu karena seperti NOS tadi, dukungan kadang sifatnya hanya temporer. Berfikirlah jernih, dari sudut pandang segala arah, minta pendapat yang banyak, terutama do’a (karena kekuatannya lebih dari apa yang kita bayangkan). Dan jika kita ingin menjadi pendukung, jangan mendukung pura-pura, dukung sepenuhnya, diawal, ditengah, diakhir, dengan begitu kalian bisa saling mendukung satu sama lain, kan?.

Namanya juga manusia, segalanya bisa berubah, bahkan dalam hitungan detik. Tapi berkonsistenlah dalam berbuat baik. Yang baik itu abadi dikenang.

Heyyy.. why am i so serious in this post?
*phew*