Selasa, 29 Mei 2012

Panggil Dia Nona X


source : google edited by : me


Hiii semuaaa, udah lamaaa (banget-nget) ngga cuap-cuap diblog ku yang satu ini, do you miss me? Coz i miss you all so so so muchh.. hohohoo..  Oke, let’s start discuss something, yuk... Jadi gini ceritanya, as you know, aku sekarang sedang tahap proses menuju ke jenjang pernikahan, sedang ribet-ribetnya mempersiapkan ini itu, but the VERY IMPORTANT THING is kudu siap mental banget, karena pernikahan sejatinya bukan hanya sibuk mempersiapkan pestanya, tapi juga  sibuk mempersiapkan bathiniyah-nya *sedap.

Nah, siang hari itu tiba-tiba ada seorang sahabat bbm aku (kita panggil dia Nona X), Si Nona X sedang dirundung kebingungan tentang jodoh, kondisinya saat ini adalah dia sudah cukup umur untuk menikah, orang tua sudah mendesaknya untuk segera menikah, calon belum punya, pacar juga, tapi dia dijodohkan oleh tantenya dengan seorang cowok yang sudah berumur (lebih tua), mapan, baik, dan siap menikah dalam waktu dekat (tidak main-main lagi), bahkan dalam waktu 5 bulan dia menyanggupkan untuk mempersiapkan pernikahan (jika nona X mau). Nona X dan cowok ini sudah berkomunikasi beberapa kali, so far dia seneng-seneng aja, tapi pas pertama kali ketemu dia kurang sreg sama cowok ini, katanya jauuh banget dari apa yang dia bayangin sebelumnya. Nona X pun bingung, pusiiing mikirin keadaannya sekarang, ditambah sekelilingnya juga ngomporin dia untuk jadi sama cowok yang diajukan oleh tantenya itu.

Cukup jelas ya gambarannya? Mumpung nih aku sedang dalam proses belajar ke arah pernikahan, karena mulut juga gatel mau komen dan tangan iseng mau ngetik, jadi izinkan saya sedikit menyampaikan pendapat atas kondisi diatas ya Nona X.. *ehem *benerin kudungan. :p

I’ll make point by point jadi lebih enak dibaca dan jelas pembagian arah pembicaraannya.

1. Kalau masalah umur memang bukan patokan nomor satu dalam pernikahan, tetapi memang harus diutamakan, apalagi perempuan (berhubungan dengan masa kehamilan dan kesuburan loh ya maksudnya, bukan persepsi orang tentang perawan tua dll), lebih cepat lebih baik, range 20 – 30 tahunan kalau bisa. Jangan keenakan dengan status single, kerjaan ada, bisa senang-senang sendiri mumpung umur masih muda, ngga ada yang ngatur, ini yang bahaya, we have to remember kalau kita ditakdirkan berpasang-pasangan, wanita kodratinya menjadi ibu dan mengurus suami, bukankah wanita sukses itu yang sukses juga berada disamping lelakinya dan membesarkan anak-anak? Dan bukankah lelaki yang sukses adalah yang sukses memimpin, menghidupi, dan membimbing keluarganya meraih surga? Subhanallah..

2. Nikah harus dipandang sebagai ibadah, jadi akan lebih mengalir ngejalanin semua proses menuju kesana, karena kita serahin semua ke ALLAH, biar DIA yang atur, kita hanya tinggal berusaha semaksimal mungkin dan berdo’a khusyuk. Dijadikan target juga harus, tapi target nikahpun berbeda dengan target kerjaan, ini bukan soal “yang penting nikah”, more than that, kita akan habiskan seluruh sisa hidup dengan orang yang sama, harus ada campur tangan keluarga terutama orang tua, dengan restu mereka Insya Allah, Allahpun merestui kita.

3. Ngga ada jaminannya yang pacaran lebih lama akan lebih langgeng dalam pernikahan, begitu pula sebaliknya. Beneran deh, ngga ada jaminan sama sekali, memang akan lebih enak menjalani pernikahan dengan seseorang yang sudah kita kenal sifatnya, wataknya, kesehariannya, tapi dipernikahan akan lain lagi, yang sudah lama kita kenalpun pasti ada sifat-sifatnya yang belum kita tahu. Tidak tinggal serumah dengan tinggal serumah beda banget loh, kita akan menemukan hal baru setiap harinya yang tidak kita tahu sebelumnya.. so, jangan takut, lebih lama atau lebih sebentar pdkt dengan seseorang ngga menjamin we know who they are.

4. Sodara, teman, tetangga, siapapun ngga akan pernah berhenti bertanya, contoh : “sudah lulus belum?” Ketika sudah lulus, “sudah kerja belum?” ketika sudah kerja, “kapan nikah?” ketika sudah nikah, “kapan punya anak?” ketika sudah punya anak, “kapan mau nambah lagi” begitu begitu begitu seterusnya. Jangan deh dijadiin omongan yang begitu nusuk kehati, jadiin aja pertanyaan itu sebagai do’a, toh.. ya pertanyaan itu kurang lebih adalah dukungan mereka, mereka ingin ngeliat kita begitu. Kalau mereka mendukung ini itu pun jangan dijadikan kecenderungan keputusan kamu, tetap, yang berhak atas hidup kita ya kita sendiri, kita berhak memutuskan sesuatu tanpa peduli omongan orang, kok.

5. Ajak dia kerumah, kenalin ke orang tua, mungkin first impressionnya ngga bagus, kurang sesuai dengan yang kita harapkan, it’s okey, kita juga ngga tahu kan first impression dia ke kita, siapa tahu sama kecewanya. Beri dia kesempatan ke 2, 3, 4 sebelum terlalu dini memutuskan suka/tidak suka dengan seseorang. Nobody is perfect, berhenti egois, coba lebih legowo dan positive thinking, karena bukan yang paling sempurna yang kita cari, tapi yang paling bersungguh-sungguh dan saling bisa membawa satu sama lain menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

6. Rasa cinta, balik lagi ke CINTA, yang seolah dijadikan HARGA MATI buat menolak “GUE NGGA CINTA” –jreeeeng-- selesai deh. Hihii.. memang benar cinta tidak bisa dipaksakan (semua yang dipaksakan memang ngga enak), but somehow tanpa kita sadari cinta itu bisa tumbuh pelan-pelan dan berkelanjutan. Cinta adalah perasaan murni yang kadang dilapisi emosi, benci dan gengsi si manusia itu sendiri. Belajarlah menyaring cinta dari segala yang melapisinya, then you will find a real love.

7.  Tidak selamanya cerita Siti Nurbaya dijadiin patokan kalau perjodohan itu serem, ngekang, maksa, heyy.. come on.. kita semua punya cerita hidup berbeda-beda, ada yang memang jalannya ketemu jodoh di angkot, di sekolah, di konser musik, di kantor, adanya yang memang usaha mati-matian dulu buat dapetin seseorang yang dia cinta, ada yang gampang banget ternyata memang saling suka, dan aku rasa perjodohan bukanlah cara yang aneh yang harus serta merta ditentang. Orang yang menjodohkan kitapun pasti niatnya baik dan untuk kebaikan. Jangan memandang perjodohan itu kuno, tapi anggaplah ini mungkin salah satu jalan yang Allah kasih, dicoba ngga ada salahnya.

8. “Mikir-mikir, kepikiran, pusing sendiri, he is not my type, ngga sesuai tipeeee, ngga gue bangeeettt” Duluuu memang akupun sama, punya kepengenan ketemu cowok yang begini, begitu, sifatnya harus begini begitu, hmmm it’s just a theory, for sure, kenyataan tidak plek sama dengan keinginan, we need to deserved that. Yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut Allah. Begitupun jodoh, misteri banget, kita ngga bisa prediksikan itu. Berhenti ngoyo, yang hanya akan buat kita berkutat dengan pikiran yang sama, cobalah untuk lebih ikhlas dan menjalani apa yang dekat, kadang yang jauh kita harap-harap justru yang dekat-dekat juga yang jadi.  Dan ingat, waktu terus berputar, if he is not your type you still have a time to change him.. paling tidak, kita bisa mengarahkan dia menjadi seperti yang kita mau (selama itu dalam arti positif), sekali lagi PROSES, tidak ada yang instan.

Intinya sih dari kesemuanya just try, coba, kalau kita ngga coba kita ngga pernah tahu. Mikir boleh, kebanyakan mikir juga bikin setress, lebih enak dijalanin, jadi kita cepet tahu dia baik atau engga buat kita, kalau ya lanjut, kalau engga ya stop, banyakin istikharah minta petunjuk Allah. Poin-poin diatas juga bukan hanya buat Nona X lho.. general juga, dan minimal itu pendapat yang aku serap, aku terima dan aku alami sejauh ini. Don’t stop learning.. ngga ada alasan untuk berhenti belajar, belajar memahami hidup dan kehidupan, lalu setelah kita paham tidak ada salahnya lagi untuk dibagi dan disampaikan untuk kebaikan.

Huwaaaaaaa.. so happy bisa dengerin curhat temen dan share juga disini, maaf ya Nona X, bukannya aku ngga keep a secret (karena kamu ngga minta ini jadi rahasia juga kaan hehehe), siapa tahu ada yang dikeadaan sama atau minimal ada yang dapet pencerahan juga dari sedikit tulisanku ini. 

Semoga yaa..

See you on the next post...

NOURA