source : google edited by : me |
Hiii semuaaa, udah lamaaa (banget-nget) ngga cuap-cuap diblog
ku yang satu ini, do you miss me? Coz i
miss you all so so so muchh.. hohohoo.. Oke, let’s
start discuss something, yuk... Jadi gini ceritanya, as you know, aku sekarang sedang tahap proses menuju ke jenjang
pernikahan, sedang ribet-ribetnya mempersiapkan ini itu, but the VERY IMPORTANT THING is kudu siap mental banget, karena
pernikahan sejatinya bukan hanya sibuk mempersiapkan pestanya, tapi juga sibuk mempersiapkan bathiniyah-nya *sedap.
Nah, siang hari itu tiba-tiba ada seorang sahabat bbm aku (kita panggil dia
Nona X), Si Nona X sedang dirundung kebingungan tentang jodoh, kondisinya saat
ini adalah dia sudah cukup umur untuk menikah, orang tua sudah mendesaknya
untuk segera menikah, calon belum punya, pacar juga, tapi dia dijodohkan oleh
tantenya dengan seorang cowok yang sudah berumur (lebih tua), mapan, baik, dan
siap menikah dalam waktu dekat (tidak main-main lagi), bahkan dalam waktu 5
bulan dia menyanggupkan untuk mempersiapkan pernikahan (jika nona X mau). Nona
X dan cowok ini sudah berkomunikasi beberapa kali, so far dia seneng-seneng aja, tapi pas pertama kali ketemu dia
kurang sreg sama cowok ini, katanya jauuh banget dari apa yang dia bayangin
sebelumnya. Nona X pun bingung, pusiiing mikirin keadaannya sekarang, ditambah
sekelilingnya juga ngomporin dia untuk jadi sama cowok yang diajukan oleh
tantenya itu.
Cukup jelas ya gambarannya? Mumpung nih aku sedang dalam
proses belajar ke arah pernikahan, karena mulut juga gatel mau komen dan tangan
iseng mau ngetik, jadi izinkan saya sedikit menyampaikan pendapat atas kondisi
diatas ya Nona X.. *ehem *benerin kudungan. :p
I’ll make point by
point jadi lebih enak dibaca dan jelas pembagian arah pembicaraannya.
1. Kalau masalah umur memang bukan patokan nomor satu dalam
pernikahan, tetapi memang harus diutamakan, apalagi perempuan (berhubungan
dengan masa kehamilan dan kesuburan loh ya maksudnya, bukan persepsi orang
tentang perawan tua dll), lebih cepat lebih baik, range 20 – 30 tahunan kalau
bisa. Jangan keenakan dengan status single,
kerjaan ada, bisa senang-senang sendiri mumpung umur masih muda, ngga ada yang
ngatur, ini yang bahaya, we have to
remember kalau kita ditakdirkan berpasang-pasangan, wanita kodratinya
menjadi ibu dan mengurus suami, bukankah wanita sukses itu yang sukses juga
berada disamping lelakinya dan membesarkan anak-anak? Dan bukankah lelaki yang
sukses adalah yang sukses memimpin, menghidupi, dan membimbing keluarganya
meraih surga? Subhanallah..
2. Nikah harus dipandang sebagai ibadah, jadi akan lebih
mengalir ngejalanin semua proses menuju kesana, karena kita serahin semua ke
ALLAH, biar DIA yang atur, kita hanya tinggal berusaha semaksimal mungkin dan
berdo’a khusyuk. Dijadikan target juga harus, tapi target nikahpun berbeda
dengan target kerjaan, ini bukan soal “yang penting nikah”, more than that, kita akan habiskan
seluruh sisa hidup dengan orang yang sama, harus ada campur tangan keluarga
terutama orang tua, dengan restu mereka Insya Allah, Allahpun merestui kita.
3. Ngga ada jaminannya yang pacaran lebih lama akan lebih
langgeng dalam pernikahan, begitu pula sebaliknya. Beneran deh, ngga ada
jaminan sama sekali, memang akan lebih enak menjalani pernikahan dengan
seseorang yang sudah kita kenal sifatnya, wataknya, kesehariannya, tapi
dipernikahan akan lain lagi, yang sudah lama kita kenalpun pasti ada
sifat-sifatnya yang belum kita tahu. Tidak tinggal serumah dengan tinggal
serumah beda banget loh, kita akan menemukan hal baru setiap harinya yang tidak
kita tahu sebelumnya.. so, jangan
takut, lebih lama atau lebih sebentar pdkt dengan seseorang ngga menjamin we know who they are.
4. Sodara, teman, tetangga, siapapun ngga akan pernah
berhenti bertanya, contoh : “sudah lulus belum?” Ketika sudah lulus, “sudah
kerja belum?” ketika sudah kerja, “kapan nikah?” ketika sudah nikah, “kapan
punya anak?” ketika sudah punya anak, “kapan mau nambah lagi” begitu begitu
begitu seterusnya. Jangan deh dijadiin omongan yang begitu nusuk kehati, jadiin
aja pertanyaan itu sebagai do’a, toh.. ya pertanyaan itu kurang lebih adalah
dukungan mereka, mereka ingin ngeliat kita begitu. Kalau mereka mendukung ini
itu pun jangan dijadikan kecenderungan keputusan kamu, tetap, yang berhak atas
hidup kita ya kita sendiri, kita berhak memutuskan sesuatu tanpa peduli omongan
orang, kok.
5. Ajak dia kerumah, kenalin ke orang tua, mungkin first impressionnya ngga bagus, kurang
sesuai dengan yang kita harapkan, it’s okey, kita juga ngga tahu kan first impression dia ke kita, siapa tahu
sama kecewanya. Beri dia kesempatan ke 2, 3, 4 sebelum terlalu dini memutuskan
suka/tidak suka dengan seseorang. Nobody is
perfect, berhenti egois, coba lebih legowo dan positive thinking, karena bukan yang paling sempurna yang kita
cari, tapi yang paling bersungguh-sungguh dan saling bisa membawa satu sama
lain menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
6. Rasa cinta, balik lagi ke CINTA, yang seolah dijadikan
HARGA MATI buat menolak “GUE NGGA CINTA” –jreeeeng-- selesai deh. Hihii..
memang benar cinta tidak bisa dipaksakan (semua yang dipaksakan memang ngga
enak), but somehow tanpa kita sadari
cinta itu bisa tumbuh pelan-pelan dan berkelanjutan. Cinta adalah perasaan
murni yang kadang dilapisi emosi, benci dan gengsi si manusia itu sendiri. Belajarlah
menyaring cinta dari segala yang melapisinya, then you will find a real love.
7. Tidak selamanya
cerita Siti Nurbaya dijadiin patokan kalau perjodohan itu serem, ngekang,
maksa, heyy.. come on.. kita semua
punya cerita hidup berbeda-beda, ada yang memang jalannya ketemu jodoh di
angkot, di sekolah, di konser musik, di kantor, adanya yang memang usaha
mati-matian dulu buat dapetin seseorang yang dia cinta, ada yang gampang banget
ternyata memang saling suka, dan aku rasa perjodohan bukanlah cara yang aneh
yang harus serta merta ditentang. Orang yang menjodohkan kitapun pasti niatnya
baik dan untuk kebaikan. Jangan memandang perjodohan itu kuno, tapi anggaplah
ini mungkin salah satu jalan yang Allah kasih, dicoba ngga ada salahnya.
8. “Mikir-mikir, kepikiran, pusing sendiri, he is not my type, ngga sesuai tipeeee,
ngga gue bangeeettt” Duluuu memang akupun sama, punya kepengenan ketemu cowok
yang begini, begitu, sifatnya harus begini begitu, hmmm it’s just a theory, for sure, kenyataan tidak plek sama dengan
keinginan, we need to deserved that. Yang
terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut Allah. Begitupun jodoh, misteri
banget, kita ngga bisa prediksikan itu. Berhenti ngoyo, yang hanya akan buat
kita berkutat dengan pikiran yang sama, cobalah untuk lebih ikhlas dan
menjalani apa yang dekat, kadang yang jauh kita harap-harap justru yang
dekat-dekat juga yang jadi. Dan ingat,
waktu terus berputar, if he is not your
type you still have a time to change him.. paling tidak, kita bisa mengarahkan
dia menjadi seperti yang kita mau (selama itu dalam arti positif), sekali lagi
PROSES, tidak ada yang instan.
Intinya sih dari kesemuanya just try, coba, kalau kita ngga coba kita ngga pernah tahu. Mikir boleh,
kebanyakan mikir juga bikin setress, lebih enak dijalanin, jadi kita cepet tahu
dia baik atau engga buat kita, kalau ya lanjut, kalau engga ya stop, banyakin
istikharah minta petunjuk Allah. Poin-poin diatas juga bukan hanya buat Nona X
lho.. general juga, dan minimal itu pendapat yang aku serap, aku terima dan aku
alami sejauh ini. Don’t stop learning..
ngga ada alasan untuk berhenti belajar, belajar memahami hidup dan kehidupan,
lalu setelah kita paham tidak ada salahnya lagi untuk dibagi dan disampaikan
untuk kebaikan.
Huwaaaaaaa.. so happy
bisa dengerin curhat temen dan share juga
disini, maaf ya Nona X, bukannya aku ngga keep
a secret (karena kamu ngga minta ini jadi rahasia juga kaan hehehe), siapa
tahu ada yang dikeadaan sama atau minimal ada yang dapet pencerahan juga dari
sedikit tulisanku ini.
Semoga yaa..
See you on the next post...
NOURA