Sayang, akhir-akhir ini aku merasa bagai raga tak bernyawa,
sudah tidak tahu inginku apa, sejak amarahku yang memuncak. Sebuah keinginan
sederhana yang tak terdengar olehmu, semudah itu kau buat semua ria menjelma menjadi
duka cita. Bodoh memang untuk ku percaya kamu mengenalku, kamu tahu isi hatiku,
kamu berkorban sedikit waktu. Asal kamu tahu sayang, perempuan suka dibuat
spesial oleh orang yang dia cinta, didahulukan kepentingannya, apalagi untuk
kepentingan bersama, sedikit saja kamu mengesampingkan keegoisan diri, maka
kamu akan memenangkan cinta dia selamanya, tapi jika tidak? Inilah akibatnya,
kecewa yang akan terus terbawa.
Tahukah kamu sayang, bahwa hati seorang perempuan adalah
yang paling sensitif! Ya, se-lembut dan
semulia hati Ibumu, maka jikalau kamu mengerti dia, pasti tak sulit juga untuk kamu
mengerti aku. Hati perempuan yang berusaha selalu menerima meski tak seindah
angan, mengalahkan segala keegoisan dan memaafkan segala kecurangan. Hati yang
lirih berdo’a di kala kamu jauh, kala kita tidak saling berdekatan, bahkan
dikala sudah tersakiti sekalipun. Hati yang mendadak sembuh dengan sendirinya
saat kamu mengurai janji indah, harapan masa depan atau sekedar memuji
basa-basi.
Diri ini sudah tidak boleh mempunyai amarah, sekalinya
amarah hanyalah amarah, bukan membela keberadaannya, namun kita semua tahu
ketika amarah menguasai apapun bisa terjadi, apapun bisa disebut, sadarkah
kamu? Sesering itu amarah merasuki kamu dan aku masih bisa diam, mencoba membuang
segala prasangka, dan menganggap itu bukan kamu yang sebenarnya. Lalu ketika
keadaan berbalik? Aku tidak mendapatkan pemakluman, semua dianggap kurang ajar,
dan terlanjur tersebar-sebar. Sungguh ku
memohon padamu sayang, sadarlah, yang kamu pacari ini bukan bidadari, dia
manusia, sama sepertimu juga, jadi berhenti menuntutnya untuk sempurna.
Sayang, aku minta maaf, kalau kekuranganku sebagai manusia
tidak bisa kamu terima, tidak bisa kamu maafkan, tapi akupun bukan manusia
bodoh, yang sudah tahu salah tidak berbuat apa-apa. Sesegera mungkin aku
luruskan segalanya, aku hadapi, tidak lantas membiarkan segalanya berlarut. Dimalam
itu rasanya ingin sekali menjerit!!!! TUHAANNN Engkau tak adil!!! Kemudian aku
berfikir lagi, ohh aku salah, salah, ini adalah cara Tuhan menaikkan derajatku,
bahwa aku sedang “dikuatkan” untuk menghadapi dunia yang memang (selalu) tak
adil.
Sekarang, ku tak tahu rasa apa ini, seolah cintaku memiliki
cara yang salah, padahal setahuku cinta tak pernah punya aturan baku, let me love you with my own way.. masih
berlakukah itu? Jika tidak, aku dan jutaan orang didunia inipun sudah tidak
tahu lagi harus berbuat apa.
Everything seems gonna
be different since that day.. you will never know me, dear.. never..