Awalnya aku hanya berfikir begini, yaa tak apalah mencintai
separuh-separuh, toh nanti akan kutemukan lagi kepingan sisa-sisanya sambil
berjalan hingga sempurna. Bukan aku saja yang mengalami, banyak,
ribuan bahkan jutaan orang, pun mampu hidup bersama seseorang yang bukan
diinginkannya tapi memang karena jalannya bersama. Ini bukan kisah dongeng
ataupun novel, realita cinta yang berkata, mengimpikan orang yang berbeda
setiap malam namun terbangun dengan sosok berbeda, terbuai senang dengan orang
yang tak bisa tersentuh namun tersentak dengan hangatnya genggaman jemari lain.
Palsu. Terlalu pilu membahasakan seperti itu, bahkan senyum
selalu mengembang disetiap matahari terbit hingga tenggelam, meski malam seolah
perlahan menyusup dan melunturkan warna warni hidup. Tidak, ini bukan
kejahatan, tidak ada korban, darah yang mengalir, atau musuh yang tersingkir tapi
ini jelas menyakitkan seperlima hati, perlahan menyerang bathin, dan merasuk ke
pikiran. Membakarmu perlahan. Mungkin saja.
Harap bolehlah indah, bersiap tetap yang tidak indah, apapun
bisa terjadi pada seluruh jiwa, letih mencinta. Seolah dunia mengajarkan ku
cara yang tidak biasa, membelah diri
menjadi dua, sungguh sebenarnya aku yang mana. Berhenti jelas bukanlah jawaban,
aku pilih berjalan meneruskan. Melewati lagi malam-malam yang sekelibat seperti
taman bunga dipenuhi bunga merekah merah, aku bebas berlarian kesana, menikmati
apa yang tidak ku temui didunia. Akhirnya menerima sajalah, letih bertanya
mengapa.
*tepuk-tepuk sayap sendiri*
Bangun! Terbang!
Dalam arti sesungguhnya.
Ya....
(Separuh Kupu)