Kamis, 25 April 2013

Separuh Kupu




Awalnya aku hanya berfikir begini, yaa tak apalah mencintai separuh-separuh, toh nanti akan kutemukan lagi kepingan sisa-sisanya sambil berjalan hingga sempurna. Bukan aku saja yang mengalami, banyak, ribuan bahkan jutaan orang, pun mampu hidup bersama seseorang yang bukan diinginkannya tapi memang karena jalannya bersama. Ini bukan kisah dongeng ataupun novel, realita cinta yang berkata, mengimpikan orang yang berbeda setiap malam namun terbangun dengan sosok berbeda, terbuai senang dengan orang yang tak bisa tersentuh namun tersentak dengan hangatnya genggaman jemari lain.

Palsu. Terlalu pilu membahasakan seperti itu, bahkan senyum selalu mengembang disetiap matahari terbit hingga tenggelam, meski malam seolah perlahan menyusup dan melunturkan warna warni hidup. Tidak, ini bukan kejahatan, tidak ada korban, darah yang mengalir, atau musuh yang tersingkir tapi ini jelas menyakitkan seperlima hati, perlahan menyerang bathin, dan merasuk ke pikiran. Membakarmu perlahan. Mungkin saja.

Harap bolehlah indah, bersiap tetap yang tidak indah, apapun bisa terjadi pada seluruh jiwa, letih mencinta. Seolah dunia mengajarkan ku cara yang tidak biasa,  membelah diri menjadi dua, sungguh sebenarnya aku yang mana. Berhenti jelas bukanlah jawaban, aku pilih berjalan meneruskan. Melewati lagi malam-malam yang sekelibat seperti taman bunga dipenuhi bunga merekah merah, aku bebas berlarian kesana, menikmati apa yang tidak ku temui didunia. Akhirnya menerima sajalah, letih bertanya mengapa.

*tepuk-tepuk sayap sendiri*

Bangun! Terbang!

Dalam arti sesungguhnya.

Ya....

(Separuh Kupu)




2 komentar:

Metal Yeahh mengatakan...

Mm itulah rasa, rasa itu tulus, tidak bisa di bumihanguskan oleh apapun, dia slalu ad, ad dan ad, dtg menghmpri setiap saat, karena rasa itu bersih, jujur,
Ya.. terkadang rasa itu tidak seiring berjalan sesauai ap yg di harapkan, rasa itu bisa saja bersebrangan, karena di hadapkan oleh sebuah kondisi yg tidak bisa di elakkan,
Dan rasa itu pada akhiry mengkristal di ujung jiwa,,
Alhasil rasa itu memang akn terus mnyerang batin, kran rasa itu tulus, murni, tidak akn hilg spnjg hayat...

Seperti kupu2 dan pria malang itu..

Rieke Ardiani mengatakan...

undangan mana undangan?? hehehhe

Posting Komentar