Selasa, 13 April 2010

Cintapuccino



CINTAPUCCINO : Kalau cinta diibaratkan seperti secangkir kopi hitam reguler, yang natural, seperti habitnya black coffee, cinta dengan obsesi yang mengkronis seperti secangkir capuccino—perpaduan espresso (ekstrak kopi yang lebih kuat, sekuat keyakinan yang membuat sebuah obesesi menjadi penyakit menahun) dan susu (hal-hal indah dan manis yang sesekali terjadi, tapi justru memperkuat perasaan itu)..
CINTAPUCCINO adalah salah satu film favorit aku. Awalnya karena baca novelnya Icha Rahmanti (penulisnya) yang dipenjemin temen waktu kuliah, engga butuh waktu banyak buat baca novel tersebut, karena dari ceritanya, gaya penulisan, semuanya menarik, dan membuat daya imajenasi aku melayang-layang persis membayangkan visualisasinya. Bahkan tergoda untuk menokohkannya pada kehidupan nyata..hahayy.. Sah-sah saja bukan??namanya juga karya tulisan..pembaca dibiarkan memiliki pandangan dan cara menikmatinya masing-masing.
Setelah berulang kali membaca dan menikmati novel itu, akhirnya berita bahwa novel itu di film-kan beredar. Waw..senang sekali, dan ofcourse engga sabar buat liat hasilnya. Ternyata..jeng..jeng..yaa lumayan puas sih saat nonton, walaupun banyak beberapa bagian yang kuat tapi engga dimasukkin ke filmnya. Yaaaa maklum saja, memvisualisasikan sesuatu tidak mudah kadang, tapi aku lihat semua sudah maksimal.
Makna dari novel dan film ini ada pada sebuah pilihan akan komitmen yang dijalani, dan obsesi kuat yang terkadang tidak mudah untuk dihalau. Di ceritanya Rahmi sangat terobsesi dengan Nimo, kakak kelasnya waktu SMA dulu, yang sampai segalanya dia lakukan untuk bisa dekat dengan Nimo. Setelah sekian tahun lamanya berselang, saat Rahmi menjalani hubungan manisnya dengan Raka, Nimopun kembali dengan cara yang tidak terduga. Rahmi bimbang?? PASTI, sangat tidak mudah memang melupakan memory indah masa lalu yang belum sempat teraih seutuhnya. Singkat cerita akhirnya Raka mengalah dan Rahmipun memilih Nimo.
Lalu, apakah selalu bisa dibenarkan memilih Nimo jikalau kita berada diposisi Rahmi?? Tentu saja tidak ya.. semua orang bisa berbeda-beda mengambil keputusan, bisa dibayangkan bagaimana perasaan Raka melepas hubungannya dengan Rahmi yang sudah sebegitu seriusnya?? Dan bagaimana bisa, seseorang yang hanya datang dari masa lalu, mengobrak-abrik semuanya dan merebut cintanya?? Dan bisa kita bayangkan juga menjadi Nimo, yang sebenarnya memang mempunyai rasa ke Rahmi, cuma masalah waktu yang terlambat, dia berusaha mencari Rahmi untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Semuanya punya behind story yang sama-sama kuat, dan tidak bisa disalahkan atau paling dijagokan disini. Semuanya hanya masalah rasa, dan ketidakterpaksaan. Gentlenya adalah Raka mengalah, demi kebahagiaan Rahmi dan membiarkan Rahmi bahagia dengan Nimo, walaupun berat melepas itu semua. So.. apabila hal-hal seperti ini terjadi didunia nyata, kembali lagi pada keadaan dan individu masing-masing, tidak perlu ada keterpaksaan dan biarkanlah cinta yang menjawab semua*ciyeeeehh..
Yaa...demikianlah sedikit pandangan atau penjabaran yang aku tangkap dari film ini, pesen aku yah film apapun itu pasti punya pesan dan maknanya, jangan hanya sekedar nonton, lebih dari itu kita pasti bisa mendapat sedikit pelajaran untuk bekal dikehidupan nyata.

NB : follow twitternya Icha Rahmanti di @cintapuccino dan twitter aku juga @qeyNoura


*terimakasih hati, yang memberiku banyak inspirasi ^_^

with love : qey_noura

2 komentar:

Blackrose mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Blackrose mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar