Senin, 27 Juni 2011

BLUE


Your just to good to be true.. can’t take my eyes of you.. sorot mata tajammu, merasuk ke jantung hingga detakkannya seperti seolah aku sedang berlari berkeliling stadion olah raga. Yang selalu aku ingat, waktu kita satu kelas saat kuliah dulu, sedekat mungkin aku pilih kursi yang terjangkau pandangan ke arahmu. Duduk tidak tenang, sesekali mengibas rambutku, berakting seolah serius mendengarkan dosen, padahal hati rasa ingin dilihat, atau sedikit dilirik, sekali saja kamu menoleh ke arahku, ahhhh.. girangnya bukan kepayang. 

Mungkin kamu tidak pernah tahu biru, yaa begitu aku menamaimu, karena pantang bagiku menyebut namamu secara gamblang, bisa repot, berabe, siapa coba yang ngga kenal kamu? Udah cakep, putih, tinggi, pinter, humble, charming, apalagi mata tajammu yang siap menyihir wanita-wanita disekitarmu, Oh Tuhan, aku bersyukur menjadi korbannya. Biru, terkadang aku suka menghayal jail loh, bisa berjalan bergandengan denganmu berkeliling kampus, makan siang dikantin berdua sambil bercanda ria, dan buat semua yang menggilaimu iri setengah mati, karena akhirnya kamu aku yang memiliki, ahh maaf ya biru tapi beginilah aku kalau sedang dimabuk asmara, sedikit menggila.

Setelah beberapa semester aku hanya bisa memandang diantara orang berlalu lalang, akhirnya kita bisa lebih akrab, itu semua karena ternyata kita sama-sama milanisti. Kamu ingat biru? saat aku memakai jersey AC. Milan, kamu tiba-tiba dengan semangat menghampiriku, mukamu bisa sedekat itu dengan ku, seperti mimpi disiang bolong, aku melongo, kikuk, keringet dingin, shock sesaat, lalu kemudian obrolan kita cair mengalir begitu saja, bahagianya. Seperti kalimat yang tidak bertitik, kamu dan aku ngobrol bersahut-sahutan, moment yang selalu aku nantikan, sepanjang perbincangan kita, ku sisipkan do’a dalam hati untuk kamu tahu perasaanku selama ini. 

Semua teman yang aku curhati selalu bilang, “sudahlah, ungkapkan saja, tidak ada salahnya kalau bilang perasaan kita yang sebenarnya ke dia”, hmmm biru, entah prinsip dari mana, tapi aku menganut paham dimana tidak sepatutnya wanita menyatakan perasaannya duluan, haruslah lak-laki yang mulai, sulit bagiku untuk mematahkan prinsip itu, yang bahkan perlahan seperti membunuh diriku sendiri. Menahan cinta itu ternyata ngga enak, rasanya seperti mengangkat beban 100 kilo ditangan kanan dan kiri, seperti penyakit anyang-anyangan (mau pipis tapi engga, engga tapi pengen *duh), seperti menahan kentut *ups, seperti ibu hamil ngidam mangga tapi lagi ngga musim, seperti bersin ngga jadi, seperti itulah kira-kira, NYIKSA. 

Sekarang, 3 tahun setelah upacara bertoga, aku masih menyimpan rasa itu juga, masih suka merindu, ingin tahu kabarmu, buka-buka facebook, status dikomen atau like aja sama kamu bisa jejingkrakan, bales-lalesan wall, apalagi menurut info masih terpajang single, kamu belum punya pacarkah biru? ada rasa tenang dan senyum sumringah. Meski begitu, tetap saja aku tidak mau maju, sekedar mematahkan ego dan mengatakan yang sebenarnya ke kamu. Ada apa dengan aku? terlalu lemah atau bahkan terlalu bodoh untuk urusan mengungkapkan, hanya mahir menyimpan. 

Lalu apa? Apa yang aku dapat? Seminggu yang lalu Fandy datang mengantarkan undangan manis berpita emas, tertulis jelas namamu biru, dengan wanita pilihanmu. Gemetar tanganku memegangnya, TUHAAAAAAAAAAN.. aku menyesal, tak pernah semenyesal ini dalam hidup, begitu mempercayai dunia maya, masih asyik saja bermain sendiri dengan rasa, dan kini tertampar kenyataan. Biru, sedih, aku sedih sedih sesedih sedihnya hati, sesuatu yang indah ku nanti, kini tak ada lagi. 

Biru, andai ada satu kesempatan bertemu, pasti akan aku jabarkan semua, dari awal hingga akhir, tapi dipikir-pikir buat apa juga, semua toh tidak memerlukan jawaban, hanya percakapan satu arah saja, lewat tulisan ini mungkin cukup, walau tak mendetail, setidaknya pesan dan maknanya sampai. Bahwa benar aku suka kamu, sayang, cinta, apapun itu yang jelas ada kupu-kupu terbang diperutku tiap kali tersebut namamu, terbayang wajahmu atau hal kecil tentangmu. Benar adanya aku hanya menyimpan rasa, berharap dalam doa, mengkhayal dalam gila, seputar itu saja, tidak bisa lebih, inilah aku wanita lemah yang mencintamu, apa adanya. Sesakit apapun sekarang, aku bahagia, karena melihat kamu jauh lebih bahagia dengan wanita yang akan menemani sisa hidupmu bersama. 

Selamat ya biru, dimoment pentingmu sudah sepatutnya ku hadiahkan senyum terindah, teriring do’a tulus agar kamu bahagia, sakinah, mawwadah, warrahmah, dikaruniai keturunan, dan selalu dalam lindungan Tuhan.. Amin. Oh iya, kalian terlihat serasi dipelaminan, aku tidak berhenti memandangi kalian, betapa beruntungnya dia mendapatkanmu, biru. Dan lagi-lagi tidak bisa dipungkiri, masih saja aku berandai dia adalah aku. Sungguh maafkan kebodohanku.

So, I just want to say thank you, terimakasih biru, kehadiranmu memberikan banyak pelajaran berharga bagi hidupku, membuatku semangat kuliah, tugas, magang sampai skripsi, membuat lagu yang biasa ku dengarkan menjadi penuh kenangan, menemaniku dimimpi malam hari, membuatku memikirkan penampilan, merawat diri, untuk sekedar dipandang menarik olehmu, terutama untuk melunakkan kembali prinsip egoisme menyatakan cinta, yang bagiku “saklek” tapi berujung sesal yang luar biasa dahsyatnya. 
Dan soal melupakanmu, ku serahkan pada sang waktu, semoga semua cepat berlalu atau aku segera menemukan penggantimu.


Bila aku tak berujung denganmu..
Biarkan kisah ini ku kenang selamanya..
Tuhan tolong buang rasa cintaku..
Jika tak kau ijinkan aku bersamanya..
 (She – Apalah arti cinta)

Goodbye my blue..

Dari Aku – Pengagum Rahasiamu

2 komentar:

lidya neeyaa.. mengatakan...

BoleH tau gaq wajah si biru ini yg berhasil mempesonakan hati noura?? May I..?? Send by bbm yaakkss..

Rieke Ardiani mengatakan...

boleeehh.. but so sorry i'm not saved his pic.. but i promise if i find it, i will send to you.. :*

Posting Komentar